Moonraker adalah nama geng motor yang paling lawas di Kota Bandung.
Didirikan 28 Oktober 1978, kelompok ini sekarang telah beranggotakan
ribuan orang yang tersebar di wilayah Jawa Barat.
Irvan Oktavianus, salah seorang pentolan Moonraker mengatakan, awal
pembentukan klub Moonraker sebagai ajang silaturahmi para bikers di Kota
Bandung. Berbagai kegiatan, seperti touring maupun balapan liar.
Menurut informasi yang diterima detikportal, sejak tahun 1980-an,
kelompok ini sangat disegani. Sebab selain suka ngetrek di jalanan
Bandung, kelompok ini sering terlibat tawuran. Beberapa anggota geng
bahkan ada yang membawa senjata api (senpi). Maklum, mayoritas
anggotanya adalah anak kolong (anak anggota TNI). Hal ini yang membuat
masyarakat dan polisi segan berbuat macam-macam. "Bagi anak motor
berkelahi adalah hal lumrah. Kelompok lain juga begitu," kata Irvan
Oktavianus, yang saat ini tercatat sebagai pembalap motor nasional.
Tapi Juara I Yamaha Cup Race 1995-1998 ini membantah kalau anggota
Moonraker identik dengan perkelahian semata. Sebab, imbuh Irvan, sejak
tahun 1980-an anggota Moonraker sering menang dalam balapan liar yang
dilakukan di jalan-jalan Kota Bandung. "Malah anggota kami banyak yang
jadi pembalap nasional, semisal Benny Baong," jelas Irvan kepada
detikportal.
Selain Moonraker, sejumlah geng motor juga bermunculan di Bandung. Tapi
yang reputasinya setara dengan Moonraker hanya tiga geng, yakni Exalt to
Coitus (XTC), Grab on Road (GBR) dan Brigade Senja (Brigez). Empat geng
motor tersebut kemudian menjadi legenda di Bandung. Rata-rata geng
motor ini dibentuk oleh pecinta balapan liar. Awalnya jumlahnya hanya
segelintir, namun makin lama makin banyak hingga ribuan anggota. Mereka
tidak hanya berasal dari Bandung, melainkan dari Cirebon, Tasikmalaya,
garut, Sukabumi, dan Subang. kemunculan geng-geng motor ini seakan
menjadi pemandangan tersendiri di Bandung. Setiap malam di akhir pekan
mereka berkumpul. Biasanya Jalan Supratman, Lodaya, Dago, atau Gasibu,
jadi tempat favorit. Di tempat itu mereka kemudian adu nyali dan adu
kecepatan sepeda motor. Trek yang harus dilalui para pembalap tidak
melulu di jalan yang datar dan lurus. Jalan penuh liku dan menurun juga
dilakoni. Untuk medan yang satu ini, para pembalap biasanya mengambil
start di Lembang dan finish di Jalan Setia Budi. Nekatnya lagi, para
pembalap dilarang menggunakan rem belakang. Padahal jalan yang dilalui
menurun. Aksi nekat para pembalap tidak jarang memakan korban. Jangan
heran kalau hampir setiap balapan selalu ada anggota geng yang tewas
atau luka-luka saat balapan. Tapi mereka sama sekali tidak kapok ataupun
takut."Itu sudah risiko. Makin berat tantangan makin seru Kang," Kata
Ari, anggota geng XTC. Apalagi semakin tinggi risiko semakin besar
taruhannya. dalam setiap sesi balapan, nilai taruhan berkisar Rp 3 juta
sampai Rp 5 juta. Malah ada yang menjadikan sepeda motor sebagai
taruhannya. Pembalap yang menang berhak atas sepeda motor pembalap yang
kalah. Uang taruhan merupakan patungan dari masing-masing anggota geng.
Dan tiap-tiap geng punya joki (pembalap) andalan, berikut mekaniknya.
Di ajang balap liar ini masing-masing geng menguji kemampuan pembalap
maupun settingan mesin motor. Bila menang, hasil taruhan akan digunakan
untuk pesta dan bersenang-senang. Sering kali persaingan antar geng di
ajang balapan liar berbuntut ke luar arena. Usai balapan, masing-masing
geng tidak jarang terlibat tawuran. Masing-masing geng tidak pernah
akur. Mereka bersaing dalam segala hal, baik balapan, soal reputasi
ataupun keberanian. Repotnya, serangan yang mereka lakukan sering salah
alamat. Sering kali mereka menyerang masyarakat yang tidak mengerti
apa-apa. Alhasil, banyak sudah pengguna jalan di Bandung yang telah jadi
korban kebringasan anggota geng motor, yang mayoritas usianya masih
belasan tahun. Kasatreksrim Polresta Bandung Tengah AKP Andree Ghama
mengatakan para pelaku kekerasan anggota geng motor yang berhasil
diciduk, semua dalam keadaaan mabok. Pengaruh alkohol itulah yang
membuat anggota geng, yang rata-rata masih pelajar SMP dan SMA ini
bertindak brutal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar